KAFEIN

Semalam kuteguk segelas kopi hitam, kukira sayangku-lah yang membuatnya,
tetapi aku tidak mempunyai kekasih. Aku itu lali tentangnya.
Lagipula aku tidak suka kopi. "Jadi, siapa yang membuatkan aku kopi?"

Semalam itu, yang aku rasakan; getirnya terlalu kuat! Mataku loncat,
seluruh jariku terbakar! Sekarang aku terkapar... Diriku jadi mayat,
di tengah hamparan rawa bertakjub kabut berbau mawar dan jeruk limau.

Mataku buta, karena aku meminumnya, karena aku percaya pada hatinya,
karena aku menelan ampasnya, dialah racun yang membuatku membelalak mata;
sampai segar, enggan mati, lalu berdiri tegap, berazimat rada kalap!

Saat bangkit, kucoba menghitung sulur-sulur berlumut, aku coba mencongkel
satu-persatu dengan jari tengah, Lalu apa? Yang aku dapatkan hanyalah lumpur-lumpur basah!
Kuminumlah lumpur tersebut, kuanggap itu kopi. Biar saja, Orang Gila!
Aku sudah kembung, sudah kebal, sudah terbiasa akan mata melotot,
kejang-kejang, kontraksi otak. Nah, lihat! Aku jadi mayat lagi.
Belum lama aku bisa bangkit berdiri, meludahi seluruh batu di rawa ini,
belum lama! Tidak adil benar. Aku harus pura-pura mati lagi?
Aku tidak suka kopi! Kafein membuatku melarat! Keparat! Keparat!

22 Februari 2009
ALEX JHON - PROSA LYRIK